Rabu, 27 November 2013

Published 20.52 by

pengetahuan singkat tentang " BISA " pada ular -basic of Venom @ snake

T-REC semarang-TUGUMUDA REPTILES COMMUNITY SEMARANG—KOMUNITAS REPTIL SEMARANG
More info :
minat gabung : ( menerima keanggotaan diluar kota Semarang )
08995557626
..................................
KSE – KOMUNITAS SATWA EKSOTIK – EXOTIC PETS COMMUNITY-- INDONESIA
Visit Our Community and Joint W/ Us....Welcome All Over The World
 KSE = KOMUNITAS SATWA EKSOTIK

MENGATASI KENDALA MINAT DAN JARAK

KAMI ADA DI TIAP KOTA DI INDONESIA 
GABUNG.........HUBUNGI 08995557626

.........................






..........KUMPULAN  ARTIKEL-ARTIKEL  BERBAHASA INDONESIA YANG BERKAITAN DENGAN TOPIK JUDUL.....YANG DIAMBIL DARI PENCARIAN DI GOOGLE DENGAN MENYERTAI LINK SUMBER NYA...UNTUK MENAMBAH PENGETAHUAN DAN SEMOGA BERMANFAAT BAGI SEMUA.......










































pengetahuan singkat tentang " BISA " pada ular -basic of Venom @ snake





KANDUNGAN BAHAN KIMIA PADA BISA ULAR DAN KEUNTUNGANYA
(SERUM RACUN)

Ular adalah salah satu binatang reptilia yang tersebar luas di seluruh benua baik spesies yang berbisa ( berbahaya ) maupun spesies yang tidak berbisa ( tidak berbahaya ). Ular yang berbisa menghasilkan bisa untuk melemahkan musuh atau mangsanya serta sebagai alat untuk mempertahankan diri. Racun / bisa ular akan di injeksikan pada tubuh mangsanya melalui gigitan bila merasa terancam , ketakutan atau merasa terusik atau jika ular ingin melumpuhkan mangsanya.

Bisa ular merupakan hasil sekresi kelenjar mulut khusus yang menyerupai kelenjar saliva pada hewan vertebrata, hal ini bisa dikatakan bisa ular merupakan modifikasi dari saliva ini. Setiap spesies ular menghasilkan komponen dan kandungan bahan toksik atau non toksi k yang berbeda beda. Tetapi jika ular tersebut memiliki kekerabatan maka komponen penyusun bisanya akan mirip. Umumnya setiap jenis ular berbisa mengandung hemoragin, kardiotoksin, dan neurotoksin dengan kadar yang berbeda beda.

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.

Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. Ular berbisa kebanyakan termasuk dalam famili Colubridae, tetapi pada umumnya bisa yang dihasilkannya bersifat lemah. Contoh ular yang termasuk famili ini adalah ular sapi (Zaocys carinatus), ular tali (Dendrelaphis pictus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), dan ular serasah (Sibynophis geminatus).

Ular berbisa kuat yang terdapat di Indonesia biasanya masuk dalam famili Elapidae, Hydropiidae, atau Viperidae. Elapidae memiliki taring pendek dan tegak permanen. Beberapa contoh anggota famili ini adalah ular cabai (Maticora intestinalis), ular weling (Bungarus candidus), ular sendok (Naja sumatrana), dan ular king kobra (Ophiophagus hannah).
Viperidae memiliki taring panjang yang secara normal dapat dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang menyerang mangsanya. Ada dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae dan Crotalinae. Crotalinae memiliki organ untuk mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ), yang terletak di antara lubang hidung dan mata. Beberapa contoh Viperidae adalah ular bandotan (Vipera russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), dan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).
Susunan kimia dari bisa ular sangat kompleks sekitar 90 % tersusun atas protein yang sebagian besar adalah enzim serta mengandung polipeptida, Enzim utama bisa ular antara lain proteolitik , hialurinidase, asam amino oksidase, kolinesterase, fosfolipase A, ribonuklease, deoksiribonuklease, fosfomonoeterase, fosfodiesterase, nukleotidase, ATPase dan DPNase.

Protein penyusun bisa ular jika di suntikkan dan masuk ke aliran darah akan mempengaruhi sistem kardiovaskuler, sirkulasi, respirasi, syaraf. Untuk mengatasi gigitan ular berbisa maka digunakan antibisa ular yang di suntikkan langsung ke pembuluh vena. Antibisa ular adalah serum atau antibodi yang diproduksi untuk menetralisir efek sari infeksi bisa ular tersebut. Serum ini diperoleh dengan cara menginjeksikan bisa ular yang telah dilemahkan ke dalam tubuh kuda.
Ada 2 jenis Racun ular, yaitu
1.     Neurotoksin : Dapat melumpuhkan sistim saraf pusat, melumpuhkan jantung dan sarah pernafasan. Racun jenis ini dimiliki oleh ular Kobra, ular Mamba, ular Laut, Krait, Ular Karang.
2.     Hemotoksin: Dapat menyerang sistim sirkulasi darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene, kelumpuhan permanen kemapuan bergerak otot. Racun jenis ini dihasilkan oleh keluarga ular Viperidae misalnya Rattle Snake, Coppe head, dan Cotton mouth.
Sampai saat ini dikenal sekitar 20 jenis enzim yang beracun. Umumnya ular berbisa memiliki 6 sampai 12 jenis enzim dalam bisanya. Masing masing berfungsi khusus, misalnya untuk mencerna mangsa, sedangkan enzim yang lain untuk melumpuhkan mangsa.
Beberapa Jenis enzim yang dimiliki ular berbisa:
  • Cholinesterase : Neurotoksin dan dapat melumpuhkan mangsa
  • Amino Acid Oxidase : Berfungsi mencerna mangsa dan memicu peran enzim lainnya.
  • Hyaluronidase : Berfungsi untuk mempermudah penyerapan enzim lain kejaringan korban.
  • Proteinase: Berfungsi untuk mencerna, mengahancurkan jaringan tubuh korban.
  • Adenosin Triphospatase : Diduga neurotoksin yang bekerja sentral dan menyebabkan korban mengalami syok dan melumpuhkan mangsa.
  • Phospodiesterase : Bekerja dengan cara mengganggu fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah dengan cepat.

Khasiat Serum Ular
RACUN, apalagi racun ular, memang memiliki sifat mematikan. Racun alias bisa ular itu sangat ganas. Sebab, racun ular itu bisa dengan cepat melumpuhkan saraf si korban (eurotoxin). Atau ada juga racun ular yang bersifat melumpuhkan sistem sirkulasi darah (hematoxin). Namun, sifat membunuh sang racun itu itu ternyata bisa bermanfaat buat manusia. Sebab, serum racun alias bisa ular ternyata juga dapat membunuh berbagai bibit penyakit. Menurut Snake Hunter Club Indonesia (SHCI), organisasi pecinta ular yang juga mengembangkan penggunaan serum ular di Indonesia, ada sejumlah penyakit yang bisa disembuhkan serum ular. Seperti disebut di tulisan pertama, serum ular terdiri dari tiga kelas. Masing-masing kelas memiliki khasiat dan cara kerjanya sendiri-sendiri.
Serum bisa ular paling ringan, yakni kelas III, dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang diakibatkan virus, seperti malaria, demam berdarah, dan rabies. Maklum saja, “Serum kelas tiga ini akan membunuh berbagai macam virus yang masuk ke dalam tubuh, sehingga pasien bisa sehat kembali, ” dan membikin kita kebal terhadap terhadap penyakit malaria, tetanus, rabies, dan kalau kecelakaan, luka cepat kering, jelas Transtoto Handadhari, Ketua Dewan Pembina Snake Hunter Club Indonesia. Serum kelas III yang terbuat dari bisa ular air, talimongso, gadung, koros, piton, sanca manuk, sanca kembang, sawah, dedak, blandotan kerawang, puspa kajang, dan samberlilen. Selain itu, kata Transtoto, serum bisa ular paling ringan ini juga akan membantu mempercepat mengeringnya luka - luka akibat kecelakaan kendaraan.
Serum kelas II bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang berkaitan dengan darah. Sebab, serum bisa ular kelas menengah ini akan membersihkan darah dari berbagai zat yang merugikan. Serum kelas II, yakni yang terbuat dari racun ular belang seperti gibuk, welang, weling, dan gadung luwuk Beberapa jenis penyakit yang bisa disembuhkan oleh serum kelas II ini antara lain kencing manis (diabetes mellitus ), tifus, lever, asma, dan alergi.
Serum tingkat I, yang berasal dari bisa ular paling berbahaya, diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit berat macam kanker darah, flu burung, kanker tulang, hingga HIV. dan kebal terhadap gigitan King Cobra .Serum kelas I yang paling tinggi adalah serum kelas I yang terbuat dari bisa ular yang benar-benar? berbahaya seperti, bisa ular Kobra dan Dedak Bromo. Ada pasien yang virus HIV-nya hilang setelah minum serum tingkat I ini,” kata Transtoto.
Di Inggris dan Australia ada penelitian yang mengatakan serum ular dapat mencegah serangan jantung dan stroke. Sayangnya, penelitian itu masih menemui jalan buntu meskipun sudah 25 tahun berjalan. Adapun masalah yang mereka hadapi adalah kesulitan menentukan dosis yang tepat agar serum dapat berfungsi baik dan bukannya malah meracuni tubuh si pasien. Itulah salah satu alasan mengapa sampai kini manfaat dan penggunaan serum ular di dunia kedokteran modern masih jadi perdebatan para ahli. Namun, yang jelas, Transtoto mengklaim, hingga hari ini, setidaknya 40.000 orang telah merasakan khasiat serum ular buatan SHCI. Dan, sejauh ini, “Belum ada satu pun kasus pasien jadi keracunan setelah minum serum ular,” tandasnya.
Sedangkan menurut SHCL pembuatan serum bisa ular degan cara proses pembuatan ketiga jenis serum itu tidak terlalu rumit. Racun ular tinggal dikeluarkan dan dijemur di bawah sinar matahari hingga mengkristal. Nah, jika hendak digunakan, kristal bisa ular akan kembali dicairkan. Cara penggunaannya adalah diminumkan. Komposisinya, satu sendok serum ular ditambah setengah gelas air. Metode ini berbeda dengan penggunaan serum ular di rumah sakit untuk mengobati pasien yang terkena gigitan ular. Hebatnya, seseorang yang pernah minum atau menerima suntikan serum ular akan kebal terhadap gigitan ular bersangkutan seumur hidupnya. Misalnya, jika Anda menerima serum ular weling, seumur hidup Anda akan kebal terhadap gigitan ular weling jenis apa pun.
Metode pembuatan serum ini berbeda dengan prosedur pembuatan Serum secara klinik. Pembuatan serum secara klinik seperti penjelasan kami di bagian awal artikel ini adalah dengan menyuntikkan bisa ular yang sudah di lemahkan pada kuda, sehingga kuda membentuk antibody dan antibody kuda tersebut sebagai serum. Entah kami belum terlalu paham mengenai hal ini. Tetapi menurut kami yang paling masuk akal adalah pembuatan serum secara klinik. Tetapi cara SHCL juga bisa diterima karena bisa ular mengandung protein protein seperti kuning telur dan ketika dimakan / masuk melalui organ pencernaan akan di cerna secara alami, tetapi pertanyaannya adalah apa benar setelah makan protein dari bisa ular akan membentuk anti body dalam tubuh kita ?
Secara tehnis kuning telur juga sangat berbahaya dan memiliki efek yang serupa dengan bisa ular jika kuning telur itu langsung di injeksikan ke vena. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi penggumpalan darah sebagai bentuk rekasi antara kuning telur dan darah.

METODE PEMBUATAN ANTI BISA / SERUM 
Racun ular sangat berbahaya,memicu manusia untuk membuat penangkalnya. Penangkal racun ular yang disebut dengan antiracun atau antivenin dihasilkan dengan metode ‘Horse Serum (Serum Kuda)’.
Serum Anti Bisa Ular (Polivalen) Kuda (1)
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : Serum anti bisa ular polivalen (kuda)
- Sifat Fisikokimia : -
- Keterangan : Serum polivalen yang berasal dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap bisa ular yang memiliki efek neurotoksik (ular jenis Naja sputatrix - ular kobra, Bungarus fasciatus - ular belang) dan hemotoksik (ular Ankystrodon rhodostoma - ular tanah)
Antivenom (atau antivenin atau antivenene) merupakan produk biologi yang digunakan dalam pengobatan berbisa gigitan atau sengatan. Antivenom dibuat oleh memerah racun dari yang diinginkan ular , laba-laba atau serangga . Racun tersebut kemudian diencerkan dan disuntikkan ke dalam kuda , domba atau kambing . Binatang subjek akan menjalani reaksi kekebalan terhadap racun, menghasilkan antibodi terhadap molekul aktif racun itu yang kemudian dapat dipanen dari darah binatang itu dan digunakan untuk mengobati envenomation . Secara internasional, antivenoms harus sesuai dengan standar farmakope dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Horse Serum : Racun ular disuntikkan kedalam tubuh kuda, secara berlahan akan terbentuk anti bodi terhadap racun ular tersebut. Serum dipisahkan dari darah kuda.
Namun sepertiga penerima serum kuda mengalami reaksi alergi.Oleh karena itu perlu prosedur standard untuk menuji kepekaan serum sebelum diberikan kepada penderita gigitan ular.
Selain untuk memproduksi antivenin, bisa ular ternyata dapat digunakan untuk bidang kesehatan dan kedokteran lain, seperti :
  • .Racun Ular Copperhead : Mengobati penderita kanker payudara
  • Racun Malayan Pit Viper: Dimanfaatka untuk mencegah pembekuan darah, mungkin bermanfaat untuk penderita sroke
  • Enzim racun Kobra: sedang diteliti untuk mencegar penyakit Parkinzon, Alzeimer, serta leukemia dan kanker.
  • Racun Ular Viper: Diduga dapat mengatasi osteoporosis dan memperkecil tumor tertentu
  • Beberapa jenis ekstrak bisa ular digunakan untuk antikoagulan, penyakit, mengobati penyakit jantung atau darah tinggi.
Terminologi Antivenom atau serum antibisa
Nama "antivenin" berasal dari kata Perancis venin , yang berarti racun , yang pada gilirannya berasal dari bahasa Latin venenum , yang berarti racun . Secara historis antivenin predominan di seluruh dunia. Penggunaan pertama yang diterbitkan dalam semester itu adalah pada tahun 1895. Pada tahun 1981, Organisasi Kesehatan Dunia memutuskan bahwa istilah yang lebih disukai dalam bahasa Inggris akan menjadi racun dan antivenom daripada venin dan antivenin atau venen dan antivenene.

Penggunaan Terapi
Prinsip antivenom didasarkan pada bahwa dari vaksin , yang dikembangkan oleh Edward Jenner , namun, bukannya merangsang kekebalan pada pasien langsung, diinduksi dalam hewan inang dan serum hyperimmunized yang ditransfusikan ke pasien.
Antivenoms dapat diklasifikasikan ke dalam monovalen ( ketika mereka efektif terhadap racun spesies tertentu ) atau polivalen (ketika mereka efektif terhadap berbagai spesies, atau spesies yang berbeda pada saat yang sama). Para antivenom pertama untuk ular (disebut anti-ophidic serum) dikembangkan oleh Albert Calmette , seorang ilmuwan Perancis Institut Pasteur bekerja di perusahaan Indochine cabang di 1895, melawan Cobra India (Naja naja). Vital Brazil , seorang ilmuwan Brasil, dikembangkan pada tahun 1901 antivenoms monovalen dan polivalen pertama bagi Tengah dan Amerika Selatan Crotalus , Bothrops dan Elaps genera, serta untuk beberapa jenis berbisa laba-laba , kalajengking , dan katak . Mereka semua dikembangkan di lembaga Brasil, Butantan Instituto , yang terletak di São Paulo , Brasil .
Antivenoms untuk digunakan terapi sering diawetkan sebagai beku-kering ampul , tetapi beberapa hanya tersedia dalam bentuk cair dan harus disimpan dalam lemari es. Mereka tidak segera dilemahkan oleh panas, bagaimanapun, jadi celah kecil dalam rantai dingin tidak bencana. Mayoritas antivenoms (termasuk semua antivenoms ular) yang diberikan secara intravena, namun stonefish dan laba-laba Redback antivenoms diberikan intramuskuler . Rute intramuskular telah dipertanyakan dalam beberapa situasi tidak seragam efektif.
Antivenoms mengikat dan menetralisir racun, menghentikan kerusakan lebih lanjut, tetapi tidak membalik kerusakan sudah dilakukan. Jadi, mereka harus diberikan sesegera mungkin setelah racun telah disuntikkan, tetapi dari beberapa manfaat selama racun hadir dalam tubuh. Sejak munculnya antivenoms, beberapa gigitan yang sebelumnya selalu fatal telah menjadi hanya jarang fatal asalkan antivenom ini dikelola cukup cepat.
Antivenoms disucikan oleh beberapa proses tapi masih akan berisi serum lain protein yang dapat bertindak sebagai antigen . Beberapa individu mungkin bereaksi terhadap antivenom dengan reaksi hipersensitivitas segera ( anafilaksis ) atau hipersensitivitas tertunda ( serum sickness ) reaksi dan antivenom harus, karena itu, digunakan dengan hati-hati. Meskipun hati-hati ini, antivenom biasanya merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk kondisi yang mengancam jiwa, dan sekali tindakan pencegahan untuk mengelola reaksi-reaksi ini di tempat, reaksi anaphylactoid bukan alasan untuk menolak untuk memberikan antivenom jika dinyatakan lain. Walaupun merupakan mitos yang populer bahwa orang yang alergi terhadap kuda "tidak bisa" diberikan antivenom, efek sampingan dapat dikendalikan, dan antivenom harus diberikan secepat efek samping dapat dikelola.
Di AS antivenom hanya disetujui untuk pit viper ( ular , Copperhead dan air sepatu sandal ) gigitan ular didasarkan pada produk murni dibuat pada domba dikenal sebagai CroFab . Ini disetujui oleh FDA pada bulan Oktober, 2000. AS karang ular antivenom tidak lagi diproduksi, dan saham yang tersisa di-date antivenom untuk gigitan ular karang berakhir pada musim semi 2009, meninggalkan AS tanpa antivenom ular Karang. Upaya yang dilakukan untuk mendapat persetujuan atas antivenom ular karang yang diproduksi di Meksiko yang akan bekerja melawan karang AS gigitan ular, tetapi persetujuan tersebut masih bersifat spekulatif. Dengan tidak adanya antivenom, semua karang gigitan ular harus dirawat di rumah sakit dengan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik elektif sampai efek neurotoksin ular karang mereda. Penting untuk diingat bahwa kelumpuhan pernafasan pada karang gigitan ular dapat terjadi tiba-tiba, sering hingga 12 jam atau lebih setelah gigitan, sehingga intubasi dan ventilasi harus digunakan untuk mengantisipasi kegagalan pernapasan dan tidak setelah itu terjadi, ketika mungkin terlalu terlambat .
Alami Kekebalan dan diperoleh
Meskipun individu dapat berbeda dalam respon fisiopatologis mereka dan kepekaan terhadap venoms hewan, tidak ada kekebalan alami kepada mereka pada manusia. Beberapa ophiophagic hewan kebal terhadap racun yang dihasilkan oleh beberapa spesies ular berbisa, oleh adanya faktor antihemorrhagic dan antineurotoxic dalam darah mereka. Hewan ini termasuk Kingsnakes , oposum , mongooses, dan landak .
Hal ini sangat mungkin untuk mengimunisasi orang langsung dengan dosis kecil dan bergradasi racun daripada binatang. Menurut sejarah Yunani , Raja Mithridates melakukan ini untuk melindungi diri terhadap upaya dari keracunan , sehingga prosedur ini sering disebut mithridatization . Namun, tidak seperti vaksinasi terhadap penyakit yang hanya harus menghasilkan laten kekebalan yang dapat membangkitkan jika terjadi infeksi , untuk menetralkan dosis mendadak dan besar racun memerlukan mempertahankan tingkat tinggi antibodi beredar (keadaan hyperimmunized), melalui suntikan racun diulang (biasanya setiap 21 hari). Efek kesehatan jangka panjang dari proses ini belum diteliti. Untuk beberapa ular besar, jumlah total antibodi adalah mungkin untuk mempertahankan dalam satu manusia tidak cukup untuk menetralkan satu envenomation [ rujukan? ]. Selanjutnya, sitotoksik komponen racun dapat menyebabkan rasa sakit dan jaringan parut kecil di tempat imunisasi. Akhirnya, perlawanan adalah khusus untuk racun tertentu yang digunakan; mempertahankan ketahanan terhadap berbagai venoms membutuhkan beberapa suntikan racun bulanan. Dengan demikian, tidak ada tujuan praktis atau yang menguntungkan biaya / manfaat rasio ini, kecuali orang-orang seperti kebun binatang penangan, peneliti, dan seniman sirkus yang berhubungan erat dengan hewan berbisa. Mithridatization telah berhasil diuji di Australia dan Brasil dan kekebalan total telah tercapai bahkan gigitan beberapa kobra yang sangat berbisa dan ular beludak pit. Mulai tahun 1950, Bill Haast berhasil diimunisasi dirinya pada venoms dari Cape , India dan Raja kobra
Karena neurotoksik venoms harus melakukan perjalanan jauh dalam tubuh untuk melakukan kejahatan dan diproduksi dalam jumlah lebih kecil, lebih mudah mengembangkan resistansi terhadap mereka daripada venoms langsung sitotoksik (seperti yang sebagian besar ular berbisa ) yang disuntikkan dalam jumlah besar dan melakukan kerusakan segera setelah injeksi.

Bagaimanakah Gigitan Ular Dapat Terjadi ?
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus.

Bagaimana Mengenali Ular Berbisa ?
Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.

Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1. Bentuk kepala segiempat panjang
2. Gigi taring kecil
3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Ciri-ciri ular berbisa:
1. Bentuk kepala segitiga
2. Dua gigi taring besar di rahang atas
3. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring

Sifat Bisa, Gejala, dan Tanda Gigitan Ular
Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan. Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).

GEJALA KLINIS TERKENA GIGITAN ULAR BERBISA:
1.     Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
2.     Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
3.     Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur

Gigitan Elapidae (misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits)
1.     Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2.     Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
3.     Setelah digigit ular
a. 15 menit: muncul gejala sistemik.
b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut.
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.

Gigitan Viperidae / Crotalidae (ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo):
1.     Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
2.     Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam.
3.     Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.

Gigitan Hydropiidae (misalnya: ular laut):
1.     Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
2.     Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.

Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae (misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo)
1.     Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
2.     Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem ( pembengkakan ) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis ( kelumpuhan otot ), pulselesness (denyutan).

Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular
Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:

1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis.
Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi ( membuat tidak bergerak ) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure - immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
Penatalaksanaan Sebelum dibawa ke rumah sakit:
  • Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
  • Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan.
2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.

3. Pengobatan gigitan ular Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.

4. Terapi yang dianjurkan meliputi:
1.     Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
2.     Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
3.     Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal
4.     Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus
5.     Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular
6.     Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
7.     Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas
Setelah dibawa ke rumah sakit:
Beri SABU ( Serum Anti Bisa Ular ) polivalen 1 ml berisi:
1. 10 - 50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v.

Teknik Pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).
Informasikan pada pasien mengenai kemungkinan efek samping yang tertunda, terutama serum sickness (demam, rash, arthralgias).Tindakan pertama pada gigitan ular:
1.     Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir bisa ular yang belum terabsorpsi.
2.     Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan, kecuali apabila gigitan ular baru terjadi beberapa menit sebelumnya. Insisi luka yang dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa atau dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman justru seing merusak jaringan dibawah kulit dan akan meninggalkan luka parut yang cukup besar.
3.     Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun.
4.     Lakukan kemudian imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang bidai karena gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun.
5.     Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu.
6.     Penderita dilarang untuk bergerak dan apabila perlu dapat diberikan analgetika atau sedativa.
7.     Penderita secepatnya harus dibawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat untuk menerima perawatan selanjutnya.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pemilihan anti bisa ular tergantung dari spesies ular yang menggigit. Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti serum. Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai larutan 2% dalam garam faali dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40 - 80 tetes per menit, kemudian diulang setiap 6 jam. Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) anti serum dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum ( 80 - 100 ml ). Anti serum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan. Dosis anti serum untuk anak-anak sama atau lebih besar daripada dosis untuk dewasa.
Stabilitas Penyimpanan Serum antibisa
Disimpan pada suhu 2 - 8°C dalam lemari es, jangan dalam freezer. Daluarsa = 2 tahun.
Kontraindikasi Serum antibisa
Tidak ada kontraindikasi absolut pada terapi anti bisa ular untuk envenoming sistemik yang nyata; terapi diperlukan dan biasanya digunakan untuk menyelamatkan jiwa.

Efek Samping Serum Antibisa.
1.     Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.
2.     Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak napas dan gejala alergi lainnya.
3.     Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena.
4.     Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.
Interaksi
1.     Dengan Obat Lain : Belum ada interaksi signifikan yang dilaporkan.
2.     Dengan Makanan : -

Pengaruh
1.     Terhadap Kehamilan : Tidak ada data mengenai penggunaan anti bisa ular pada kehamilan. Keuntungan penggunaan terhadap ibu dan bayi melebihi kemungkian risiko penggunaan serum anti bisa ular.
2.     Terhadap Ibu Menyusui : Tidak ada data. Keuntungan pengunaan terhadap ibu melebihi kemungkinan risiko pada bayi.
3.     Terhadap Anak-anak : Anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar terhadap envenoming yang parah karena massa tubuh yang lebih kecil dan kemungkinan aktivitas fisik yang lebih besar. Anak-anak membutuhkan dosis yang sama dengan dewasa, dan tidak boleh diberikan dosis anak berdasarkan berat badan (pediatric weight-adjusted dose);disebabkan hal ini dapat menimbulkan perkiraan dosis yang lebih rendah. Jumlah serum anti bisa ular yang diperlukan tergantung dari jumlah bisa ular yang perlu dinetralisasi bukan berat badan pasien
4.     Terhadap Hasil Laboratorium : -

Parameter Monitoring
Monitor efek dari serum anti bisa ular baik secara klinis maupun laboratorium. Monitor efek samping setelah administrasi serum anti bisa ular. Monitoring yang diperlukan dapat berbeda tergantung dari jenis ular yang menggigit. Bila ragu-ragu mengenai jenis ular yang menggigit, monitor coagulopathy, flaccid paralysis, myolysis dan fungsi ginjal.
Bentuk Sediaan
Vial 5 ml, Tiap ml Sediaan Dapat Menetralisasi :
  • 10-15 LD50 Bisa Ular Tanah (Ankystrodon Rhodostoma)
  • 25-50 LD50 Bisa Ular Belang (Bungarus Fasciatus)
  • 25-50 LD50 Bisa ular kobra (Naja Sputatrix), dan mengandung fenol 0.25% v/v

Anti bisa ular harus diberikan secepatnya setelah gejala atau tanda diatas ditemukan. Anti bisa ular akan menetralkan efek bisa ular walaupun gigitan ular sudah terjadi beberapa hari yang lalu atau pada kasus kelainan hemostatik, anti bisa ular masih dapat diberikan walaupun sudah terjadi lebih dari 2 minggu. Tetapi beberapa bukti klinis menyebutkan bahwa anti bisa ular efektif jika diberikan dalam beberapa jam setelah digigit ular.
Lebih dari 10% pasien mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap anti bisa ular, reaksinya dapat trejadi secara cepat (dalam beberapa jam) atau lambat (5 hari atau lebih). Resiko reaksi tergantung dosis yang diberikan, kecuali pada kasus yang jarang, terjadi sensitisasi (Ig E-mediated type I hypersensitivity) oleh serum hewan sebelumnya, contohnya : Ig-tetanus, Ig-rabies.

Reaksi Anafilaksis
Terjadi dalam 10-180 menit setelah pemberian anti bisa ular, gejalanya gatal, urtikaria, batuk kering, demam, mual, muntah, diare dan takikardi. Sebagian kecil pasien akan mengalami reaksi anafilaksis yang berat seperti hipotensi, bronkospasme dan angioedema.

Reaksi Pyrogenik (endotoksin)
Terjadi dalam 1-2 jam setelah pengobatan, gejalanya berupa demam, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Reaksi ini disebabkan kontaminasi pirogen selama proses dipabrik.

Reaksi Lambat
Terjadi dalam 1-12 hari setelah pengobatan, gejala klinisnya berupa demam, mual, muntah, diare, gatal, urtikaria berulang, atralgia, mialgia, limpadenopati, proteinuria dengan nephritis kompleks imun, dan encephalopati (jarang).

Pengobatan reaksi yang terjadi setelah pemberian anti bisa ular
Reaksi anafilaksis dan pyrogen anti bisa ular

Epineprin (adrenalin) diberikan intra muskular (lateral paha atas) dengan dosis awal 0,5mg untuk dewasa dan 0,01mg/kgBB untuk anak-anak. Adrenalin harus segera diberikan setelah muncul gejala, dosis dapat diulang setiap 5-10 menit jika kondisi tidak membaik.
Pengobatan tambahan berupa antihistamin, anti-H1 blocker seperti klorphenamin maleat (dewasa 10mg, anak-anak 0,2mg/kgBB IV dalam beberapa menit) harus diberikan dengan hidrokortison (dewasa 100mg, anak-anak 2mg/kgBB). Pada reaksi pirogen dapat diberikan anti piretik (contohnya parasetamol oral atau supp). Cairan intravena harus diberikan untuk mengatasi hipovolemia.

Reaksi lambat (serum sickness)
Anti histamin oral diberikan selama 5 hari, jika tidak ada respon dalam 24-48 jam berikan prednisolon selama 5 hari.
Dosis : chlorphenamine : dewasa 2mg/6 jam, anak-anak 0,25mg/kg/hari
Prednisolone : dewasa 5mg/6 jam, anak-anak 0,7mg/kg/hari


REFERENSI
1. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1950679-    khasiat-serum-ular/
2. http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/24/penatalaksanaan-keracunan- akibat-gigitan-ular-berbisa/
3. http://wong168.wordpress.com/2012/02/03/mengenai-racun-ular/
4. http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/364-serum-anti-bisa-ular-polivalen-kuda-1
5. http://tn-bb.com/cara-terapi-pengobatan-dan-penyembuhan-keracunan-bisa-ular.htm
6. http://en.wikipedia.org/wiki/Antivenom
7. http://www.popularmechanics.com/science/health/med-tech/how-to-make-antivenom-why-the-world-is-running-out
8. http://cdma.jalamobile.net/index.php/detil/items/serum-anti-bisa-ular.html



Bisa ular
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Racun ular diproduksi oleh kelenjar khusus dari sejumlah spesies ular tertentu. Kelenjar yang mensekresikan zootoksin merupakan modifikasi kelenjar parotis vertebrata lain, dan bisanya terletak di setiap sisi kepala di bawah dan di belakang mata, terbungkus selubung otot. Kelenjar ini diperlengkapi dengan alveolus besar di mana bisa disimpan sebelum disalurkan melalui sebuah duktus ke dasar taring bersaluran atau tubular yang dari situ racun dikeluarkan. Bisa ular merupakan gabungan sejumlah protein dan enzim yang berbeda. Banyak dari protein itu yang tak berbahaya bagi manusia, namun beberapa protein beracun.
Catat bahwa bisa ular umumnya tak berbahaya ketika dihirup, oleh karena itu tidaklah racun secara teknis .

Senin, 09 Januari 2012

Awal mula di temukan penawar racun ular berbisa

 Pada thn 1943 seorang pemuda sedang mencari kayu bakar di tepian sungai.
Sebelum mendapatkan kayu kering yg cukup untuk menanak nasi, pemuda itu tak berani pulang kerumah & setelah itu baru di perolehkan makan.
Serasa mencari kayu bakar sudah cukup pemuda itu membawa pulang, belum sesampai di rumah di jalan dia tersentak kakinya menginjak seekor ular berwarna hitam kecoklatan(Ular Kobra), kayu yg di bawanya di jatuhkan begitu saja.
Merasa kakinya terluka pemuda itu memijit mijit pada bekas luka gigitan sehingga darahnya keluar sedikit demi sedikit, setelah itu dia mengambil 3 helai daun di skitarnya berdalih agar tak kelihatan berdarah, karena Orang tuanya sangat pemarah.
Setiba di rumah orang tuanya bertanya...kenapa kakimu memar?... pemuda itu menjawab:...terpeleset di sungai.
Bapaknya hanya menggeleng gelengkan kepala sambil berbicara...itu keseleo..nanti biar ibukmu yg mijit.
3 hari pasca gigitan kakinya berangsur pulih sdikit demi sdikit, dalam 12 hari kaki pemuda itu sudah pulih seperti semula.
dia berbisik kepada ibunya sambil berkata...kemarin itu kakiku di gigit ular Buk, jangan bilang bilang bapak ya nanti saya di marahi.

Dengan kisah/pengalaman pemuda di atas saya sangat bersyukur bisa menolong orang yg sedang di gigit ular berbisa, atas kehendak ALLOH swt bisa sembuh total.
Sudah ratusan Orang yg bisa di sembuhkan dengan ramuan dedaunan tersebut.
karena pemuda tersebut adalah Buyut saya, pengobatan ini sudah turun temurun sejak Almarhum buyut mewariskan kepada Anak anak & cucunya.

Alamat:
jln. KH Abdul manan.
No: 21. pathok 11
Sumberberas, Muncar, Banyuwangi
Indonesia.

Daun Penetral Bisa (Elang Java). Obat ini tidak di jual di tempat manapun. Hanya melalui pemesanan atau datang langsung ke tempat/alamat saya.. 100% tanpa bahan KIMIA.
Elang Java merupakan ramuan obat dari daun daunan yg ada di sekitar kita, tanpa menggunakan bahan kimia/ tanpa efek samping. Obat ini di ramu untuk mengobati segala jenis racun berbisa. Elang Java berdiri sejak 1943

Alamat

Jln. Abdul Manan. No:21

Sumberberas, Muncar, Banyuwangi,

jawa Timur.

INDONESIA


Call: +6281336242414



wsudarmaatmaja@yahoo.com

Facebook: Pawang Ular Berbisa

Twitter: Snake @Detoxifying

informasi harga

Rp 300.000,-

Belum termasuk ongkos kirim.


Pembayaran melalui Bank BNI

No.Rek: 0191136486

Atas nama: Sugiharti

Muncar. Banyuwangi


Pengiriman Barang melalui Jasa: TIKI-JNE-POS / Kilat Exspres.

TIPS MENGATASI GIGITAN ULAR


untuk pertolongan pertama kita dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Tenang jangan  panik !!
2. Tidak terlalu banyak bergerak apalagi menggerakkan bagian tubuh yang kena gigitan ular
3. Sedapat mungkin mengidentifikasi jenis ular yg menggigit, kalau tahu nama sebenarnya akan jauh lebih membantu, kalaupun tidak jangan       dipaksakan mengejar ular tersebut nanti malah bisa digigit dua kali lagi
4. Jangan ditoreh/dilukai/dirobek
5. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
6. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit    paska gigitan.
Ada beberapa cara untuk mengobati gigitan ular, tergantung tingkat parah atau tidaknya gigitan.
1. Ambil sesendok minyak tanah dan sesendok minyak goreng, lantas suruh korban meminumnya. Minyak tanah dan minyak goreng berfungsi untuk menjadi tameng bagi jantung dan organ-organ penting dalam tubuh dari serangan racun bisa ular. Racun bisa tidak akan mampu menyerang jika tubuh diberi kedua cairan tersebut.
2. Ambil segenggam garam dan masukkan ke dalam air dalam sebuah gelas besar. Aduk air garam tersebut secukupnya. Buang ampas garam yang mengendap di dasar gelas. Terus air garam tersebut diminumkan kepada sang korban. Seperti halnya minyak tanah dan minyak goreng, air garam juga berfungsi sebagai anti toxin yang bisa melindungi jantung dan organ vital dari serangan racun bisa ular.
3. Jika korban digigit pada jam-jam berbahaya yang sudah dijelaskan di atas, maka cara yang cukup ampuh adalah dengan cara setrum. Dengan menggunakan accu kecil yang tidak berdaya listrik tinggi, tempelkan saja kabel negatif (-) dan positif (+) ke bekas gigitan. Awas, jangan sampai daerah yang bukan gigitan ikut tersetrum. Saat proses setrum berlangsung dan racun bisa disedot oleh listrik, sang korban tidak akan mengalami rasa sakit, paling akan merasa sedikit hangat. Jika bisa sudah habis disedot oleh listrik, korban pun akan merasa kesakitan. Saat itulah, proses setrum dihentikan segera agar tidak membahayakan korban.
4. Jika gigitan sudah terjadi lama dan sudah menimbulkan borok, maka cara yang digunakan adalah dengan proses pembakaran. Ambil tanah liat basah dan tempelkan ke daerah sekeliling bekas gigitan. Hal ini untuk melindungi daerah yang tidak terkena gigitan ular. Jika sekeliling daerah gigitan sudah terlindungi oleh tanah liat, baru kemudian dilakukan proses pembakaran. Ambil bara api secukupnya dan letakkan ke daerah gigitan. Jika bara api padam, nyalakan kembali. Saat racun bisa belum tuntas disedot oleh api, korban tidak akan mengalami rasa sakit atau panas. Namun jika sudah mulai terasa proses penyedotan berlangsung, korban akan mulai mengalami rasa hangat. Ketika racun bisa sudah habis tersedot, korban pun akan langsung merasa kepanasan. Saat itulah, proses pembakaran dihentikan.
Terkadang cara pembakaran ini harus memakan waktu dua hari. Hal itu terjadi karena gigitan yang sudah cukup lama, sehingga proses penyedotan tidak langsung selesai satu kali. Jadi, hari pertama dilakukan proses pembakaran. Keesokan harinya, hal pembakaran dilakukan kembali, sampai pasien betul-betul merasakan sakit sebagai pertanda bahwa racun bisa sudah habis tuntas disedot.
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
> Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
> Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
> Mulut terasa kering
> Pusing, mata berkunang – kunang
> Demam, menggigil
> Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan jika tergigit dengan efek di atas:
*Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
*Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
*Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.
Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll….
tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus.
Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
 Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)

INGAT !
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.
Tujuh
– Jangan beri minuman beralkohol
– Korban tetap berusaha untuk sadar
– Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
– Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
– segera evakuasi ke rumah sakit


MENGATASI GIGITAN ULAR
Ciptakan suasana tenang ,tidak panik,namun bukan berarti lambat dalam bersikap,keadaan yang tenang akan membawa kita pada keadaan yang lebih mudah dalam berkonsentrasi untuk menentukan sikap atau berfikir dalam menagani korban gigitan ular berbisa.



Hindari korban gigitan ular berbisa dari gerakan-gerakan yang tidak perlu,atau lebih sederhananya jangan terlalu banyak bergerak.

Mengikat atau membalut dengan keras  bagian tubuh yang dipatuk ular, agar darah yang terkontaminasi bisa ular tidak mengalir kesekujur tubuh yang akan mengakibatkan kematian,atau dengan segera mengeluarkan darah dari sekitar luka yang dipatuk ular tadi dengan cara melukai daeran bekas patukan ular tersebut.

Setelah selesai pertolongan pertama tadi maka korban segera dibawa ke Dokter atau Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan lebih lanjut.

OBAT GIGITAN ULAR SECARA TRADISIONAL

Batang pohon pisang yang masih muda,Caranya:batang pohon pisang yang masih muda  tersebut kemudian dipitong dan kita ambil bagian dalamnya saja,kemudian diparut dan ditempelkan kebagian luka bekas gigitan ular sehingga racun akan segera diserap oleh parutan batang pisang tadi

Bonggol batang pisang raja,caranya diparut dan diperas kemudian ambil air perasan tersebut kemudian disaring,lalu diminum minimal satu gelas

Akar kayu gambir,caranya : bersihkan akar kayu gambir tersebut lalu kunyah ,kemudian ampas dari akar tersebut langsung tempelkan pada luka gigitan ular tadi.

Biji Asam Jawa,CARANNYA : belah biji asam jawa,kemudian haluskan ,setelah itu tempelkan pada luka bekas gigitan ular tadi.

Demikian tips cara mengatasi gigitan ular,semoga berguna bagi anda semuanya,lebih dan krangnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,Terimakasih

Dede Thea

Sumber : Safari News .Taman Safari Indonesia

Darah dan Persoalannya, Lingkungan, P3K Tuesday, March 19, 2013 No comments
Ular berbisa biasanya memiliki dua taring atau gigi yang tajam layaknya jarum, masing-masing satu pada tiap sisi rahang atas. Pada akar taring tersebutlah terdapat kelenjar bisa. Bila ular itu menyerang (mematuk), ia akan meradak kebawah, menyentuh kulit dengan taringnya dan dengan segera mengeluarkan beberapa tetes racun. Setelah itu ular tersebut biasanya mundur dan siap untuk menyerang kembali.

Jika taring ular itu kebetulan masuk ke pembuluh balik (vena), racun itu kan dengan cepat menjalar ke seluruh tubuh. Di negara luar, ular biasanya lebih berbahaya pada musim semi karena mereka merayap keluar dari sarangnya saat musim dingin. Untuk di Indonesia ular bisa kita temui kapan saja.

Ular biasanya hanya menggigit bila merasa terganggu, karena memang sudah sifatnya untuk mempertahankan diri. Ular bisa ditemukan di mana saja, namun jelas yang terbanyak adalah di dimana tempat yang banyak terdapat tumbuh-tumbuhan atau kita sebut saja hutan atau perkebunan. Perhatikan dengan baik langkah Anda dan kaki sebaiknya dilindungi dengan menggunakan sepatu lars.

Apa yang terjadi setelah digigit ular? Biasanya bagian yang digigit/dipatuk akan terasa nyeri dan mengalami pembengkakan. Nyeri segera muncul setelah digigit dan pembengkakan terjadi tidak lama setelah itu. Warna kulit akan menjadi ungu dan dapat dilihat satu atau dua titik/lubang kecil bekas gigitan. Ini masih mending, jika yang menggigit adalah ular yang kadar bisanya mematikan, bagaimana? Nyawa bisa melayang.

Mengatasi Bisa atau Gigitan Ular

1. Tourniquet
Buat sebuah tourniquet atau ikatan di sekeliling anggota tubuh, tepat di atas bagian yang digigit. Bisa dengan menggunakan sapu tangan, dasi, tali sepatu atau bahan lain yang cukup kuat. Tourniquet ini harus cukup kuat/kencang untuk menghentikan aliran darah di permukaan. Anda dapat mengetahui tourniquet itu sudah cukup kencang atau tidak dengan memperhatikan berapa banyak pembuluh balik (vena) mengembang di bawah ikatan itu. Tourniquet membantu memperlambat menjalarnya racun.

2. Baringkan Korban
Baringkan korban dengan menempatkan bagian tubuh yang digigit lebih rendah dari bagian tubuh yang lain.

3. Buat Sayatan pada Kulit
Sterilkan sebuah pisau atau silet dengan cara membakarnya dengan api. Dengan pisau atau silet itu, buatlah beberapa sayatan/irisan di atas bagian yang digigit, kira-kira seperempat inci (5-6 mm) dalamnya agar darah dapat mengalir dengan leluasa.

4. Hisap Bisa
Hisap racun dengan mulut setiap beberapa menit. Ini tidak berbahaya, bisa tidak beracun meskipun tertelan (film-film banyak membohongi Anda). Bisa akan dinetralisir oleh lambung. Cara lain untuk menghisap bisa adalah dengan memanaskan sebuah botol kecil sehingga sebagian besar udara keluar dari dalam botolnya. Tekan botol itu dengan kuat ke atas luka. Saat botol itu menjadi dingin, bisa pada luka akan dihisapnya. Diamkan botol tersebut di bagian luka selama beberapa menit. Cara ini biasa kita kenal dengan istilah bekam.

5. Segera Bawa Korban ke Dokter atau Rumah Sakit
 
Jika pembengkakan semakin naik ke atas ikatan, pindahkan ikatan ke atasnya lagi dan buat sayatan yang lebih banyak lagi di sepanjang jalan pembuluh darah yang mengaliri anggota tubuh itu. Jangan pernah memberikan pengobatan topikal/setempat pada gigitan itu, sebab tidak akan ada gunanya.

Jika korban terlihat lemah atau pusing, berilah ia teh kental atau kopi kental. Jangan pernah memberikan alkohol karena hanya akan mempercepat jalannya racun ke seluruh tubuh.

Saat ini serum anti bisa ular /ABU atau antivenin sudah banyak tersedia di fasilitas-fasilitas kesehatan. Bila Anda tinggal di daerah yang penduduknya rawan tergigit ular, ada baiknya menyimpan serum ini, namun sebelumnya tentu saja harus Anda konsultasikan dulu ke dokter mengenai dosis dan aturan dan cara pakainya atau bahkan izin untuk memilikinya. Antivenin akan dengan mudah menetralisir bisa ular di dalam tubuh. Selain itu, tetanus antitoxin juga harus diberikan untuk semua korban gigitan ular, sekurang-kurangnya 3.000 unit (dosis).

Hindari kepanikan bagi yang menolong dan si korban sendiri usahakan selalu dalam keadaan tenang. Dengan cara-cara di atas, biasanya para korban akan selamat dan pulih dengan cepat.
Satu tips pendek sebagai tambahan, ada kalanya kita temui ada ular yang masuk ke rumah. Bisa ular kecil, sedang atau bisa juga besar. Yang pertama harus dilakukan adalah jangan panik dan bersikaplah tenang. Yang harus Anda lakukan adalah mengusir ular tersebut dengan sapu ijuk, jika tidak bisa, coba pojokkan ular itu dan gunakan kain untuk menutup bagian kepalanya. Setelah itu, tangkap kepalanya dan terus pegang beserta badannya lalu masukkan ke dalam ember (bertutup) atau karung dan segera tutup. Untuk menghindari kecelakaan bagi yang tidak berpengalaman, ada baiknya jangan melepaskan kain saat memasukkan ular ke suatu wadah, masukkan saja bersama kainnya. Bagaimana jika ular tersebut besar? Jangan lakukan sendiri, lebih baik panggil ahlinya.

Cara Jagoan di Kampung Mengatasi Gangguan Binatang
REP | 26 April 2012 | 22:12 Dibaca: 9036   Komentar: 9   6
Berkunjung ke rumah almarhum nenek  mengingatkan saya akan masa-masa kecil yang indah bersamanya. Masa kecil saya banyak dihabiskan di rumah nenek karena nenek punya halaman yang luas sehingga saya sering bersama-sama teman bermain bola disana, didekat rumah nenek ada Mesjid yang mempunyai kolam tempat wudhu yang luas yang serbaguna bisa untuk mandi dan mencuci, kami kanak-kanak sering berenang disana. Dan yang paling saya ingat adalah ajaran nenek tentang teknik tradisional menghadapi binatang seperti nyamuk, laron, lebah penyengat, lintah, semut, kalajengking, lipan,dan ular. Binatang-binatang tersebut sering kami temukan baik dirumah, disawah dan kebun-kebun tempat biasa kami bermain.
Saya masih ingat cara nenek untuk mengusir nyamuk yang sering menganggu tidur, diantaranya dengan mengasapi kamar sebelum tidur menggunakan kain rusak yang dibasahi dengan minyak lalu dibakar, setelah dimatikan ditarok diatas kaleng, asapnya akan mengusir nyamuk. Cara lain nenek melumuri piring seng dengan minyak goreng lalu dipukulkan ke nyamuk yang terbang, nyamuknya akan menempel dipiring tersebut.
Kebiasaan nenek lainnya adalah dalam menghadapi laron yang masuk rumah dan berterbangan disekitar lampu, seruduk sana seruduk sini dan sangat menganggu. Cara mengusirnya nenek menggantungkan cabe diatas atau dekat lampu, maka laron-laron tersebut akan pergi dengan senang hati.
Pernah suatu ketika ketika menemani nenek ke kebun saya disengat oleh seekor lebah, sakitnya luar biasa dan menimbulkan bengkak. Nenek melarang saya memijit-mijitnya karena kata nenek nanti racunnya masuk ke darah. Pertolongan pertama yang nenek berikan waktu itu adalah menempelkan tanah liat diatas luka bekas sengatan. Kemudian setelah sampai dirumah nenek mengolesi luka sengatan dengan air hasil remasan bawang merah. Tak berapa lama sakit dan bengkaknya mulai hilang. Cara lain yang saya ingat adalah dengan hati pangkal batang pisang yang baru saja ditebang diambil buahnya. Hati batang pisang itu ditumbuk dan diperas airnya hingga satu gelas kemudian diminum dan ampasnya dibubuhkan ke bekas sengatan, ramuan ini bisa juga digunakan untuk mengatasi gigitan kelabang dan mengatasi demam atau panas dalam.
Teknik tradisional ala nenek lainnya adalah cara mengatasi lintah. Pernah sewaktu membantu nenek di sawah, kaki saya ditempeli lintah dan sangat kuat sekali, jika ditarik malah bertambah kuat dan terasa sakit. Nenek meminta rokok paman yang bekerja di sawah sebelah, tembakau rokok itu dikeluarkan dan ditarok nenek diatas kain lalu dikasih air, kemudian diperas dan airnya diteteskan ke lintah tersebut. Dengan sendirinya lintah tersebut terlepas, mungkin karena kandungan nikotin yang racun tersebut kali ya….?Cara lainnya yang juga pernah saya coba dengan kawan sepermainan adalah dengan taburan abu rokok dan taburan garam.  Setelah lintahnya lepas agar segera dipijit agar lukanya benar-benar bersih sehingga menghindarkan resiko infeksi. Lintah biasanya banyak terdapat di sungai-sungai, rawa-rawa dan daerah lembab/basah.
Apakah anda pernah mengalami semut masuk kedalam telinga? Ini lah kemalangan saya lain sewaktu kecil, asyik tidur siang sepulang sekolah, saya merasakan ada semut masuk kedalam telinga dan membuat  gaduh dan sedikit nyeri. Saya panik, berusaha mencongkelnya dengan jari, tapi tak juga keluar semutnya. Nenek yang mengetahui itu, membasahi jarinya dengan ludah lalu dioleskan tepat dibelakang telinga sebelah bawah, tepat pada lelukan.Nenek mengoleskannya sekitar 5 - 6 kali. Eh, semut usil itu tiba-tiba keluar dengan sendirinya tanpa perasaan bersalah…! Untuk mengusir semut dari rumah nenek biasanya menggunakan cabe merah yang ditarok ditempat semut “ngegosip” , mungkin karena cabe mengandung senyawa asitris maka tidak disukai semut, semutpun pergi dan tak kembali lagi.
Pengalaman berikutnya adalah Petualangan kecil saya bersama teman- teman dan bertempur dengan kalajengking sejenis lipan. Waktu itu kami sekitar lima orang beraksi  menjadi kawanan bandit yang mencuri buah-buah dikebun penduduk seperti jeruk, mentimun, jambu dan lain-lain. Seorang teman terpekik, karena kakinya digigit kalajengking sejenis lipan. Saya sebagai murid langsung dari nenek pun beraksi, saya memijit bekas luka dari arah pangkalnya yang dimaksudkan untuk mengeluarkan racunnya bersama darah yang keluar, kemudian bagian kaki yang tergigit itu diikat dengan karet. Ketika pulang saya beritahu nenek, nenek mengambil seekor ayam dari kandang, salah satu bulunya dicabut, kemudian bulu yang dicabut itu dipelintir sedemikian rupa dan dimasukkan ke dalam mulut ayam untuk mendapatkan lendirnya, bulu ayam yang basah oleh lendir itu dioleskan pada bekas gigitan lipan.Cara lainnya yang saya ketahui adalah dengan menggunakan lada atau merica yang ditumbuk halus, kemudian dicampur minyak kelapa secukupnya. Kemudian diboboki pada bekas gigitan, sekita 15 menit denyutan dan nyeri akibat gigitan akan hilang sama sekali. Setelah itu kami tak berani lagi menjadi kawanan bandit pencuri , apalagi sempat pernah dikejar ular sewaktu malam-malam mengintai durian milik penduduk.
Terakhir, sedikit saya berikan tips menghadapi ular. Sebenarnya ular apapun lebih suka berllau saja apabila ada yang datang. Namun kalau diganggu atau mengejutannya ular akan menyerang! Apabila anda terkena gigitan ular berbisa, kurang dari 10 menit kalau tidak ada pertolongan dibaakr saja pada bekas gigitan ular tersebut sampai luka bakar sedang. Pembakaran dapat dilakukan dengan korek api, bara api atau kalau ada obat-obatan yang sifatnya seperti permangganas/kalikus.  kemudian bekas bakar diolesi dengan sebangsa lemak dan dibalut. Segera hubungi dokter untuk diberi suntikan antibiotik.
Cara aman yang bisa dilakukan adalah dengan memberi yodium tinctur atau bisa obat merah.kemudian beri torehan dengan silet dibekas gigitan, lalu keluarkan darahnya dengan cara menghisap lebih kurang tiga kali, tapi perhatikan juga kondisi mulut jangan sampai terdapat luka dimulut seperti sariawan. atau bisa juga dengan menggunakan botol, kosongkan udara dalam botol dengan membakar kertas didalam botol, setelah itu tempelkan mulut botol ke bekas sayatan untuk menyedot darah keluar. Kemudian daerah sekitar sayatan diikat kuat sampai darah berhenti dan segera dibawa kedokter. Bisa juga dengan cara tradisional dengan menggunakan kodok/katak/bangkong yang diupayakn menjilat bekas sayatan, biasanya si kodok akan mengeras dan mati karena menjilat bisa ular yang keluar lewat luka dan segera ke dokter setelah itu.
Petunjuk tradisional untuk kebal racun ular adalah dengan memakan empedu ular berbisa seperti kobra, gadung luwuk dan sebagainya dengan cara menelan empedunya dan lakukan sesering mungkin. Semakin sering semakin kebal terhadap bisa ular dan anda bisa jadi pawang ular! hehe….
Semoga jagoan saya nenek tercinta tenang di alam sana. Semoga Allah SWT melapangkan kuburnya, menyelamatkannya dari siksa kubur dan menempatkannya disurga nantinya. Miss you…Jagoan kampungku!

Mengapa Ular Mati Masih Tetap Bisa Menggigit?

Saat ular kehilangan kepalanya, ia mati dan fungsi dasar tubuhnya berhenti, namun tetap ada beberapa aksi refleks yang masih bisa dilakukan

Orang bilang karma bisa kembali dan menghukum Anda. Bagi kasus seekor ular copperhead yang direkam dalam sebuah video di YouTube, bukan karma yang kembali dan menggigitnya. Tetapi kepalanya sendiri yang sudah terpenggal dari tubuhnya.
Video yang diunggah Selasa pekan lalu menunjukkan kepala seekor ular copperhead yang sudah terpenggal sedang berbaring di dekat tubuhnya. Tetapi dalam detik ke-26, saat kita mengira ular tersebut sudah tewas, kepala yang sudah lepas itu tiba-tiba mengeluarkan taringnya dan menggigit ekornya sendiri.
Sam Bulliter, pria asal Huntsville, Alabama, AS, yang membunuh ular dan merekam kematiannya itu terdengar menceritakan kejadian aneh tersebut dalam video. "Ini hal yang gila! Bagaimana kamu menggigit dirimu sendiri, ular?" Ia berteriak secara histeris. "Kamu kini punya ekormu sendiri di mulutmu, kawan. Wow." Video yang menyebar luas ini segera mendapatkan lebih dari 750 ribu view.
Untuk memahami bagaimana reptil fleksibel yang tak berkepala ini mampu melakukan pergerakan hingga satu jam setelah kematiannya, National Geographic menghubungi James Murphy, head of the Reptile Discovery Center, Smithsonian's National Zoo, Washington DC, Amerika Serikat.

Apa sebenarnya yang terjadi di video ini? Apakah ular itu mati?
Saat ular tersebut kehilangan kepalanya, ia mati dan fungsi dasar tubuhnya telah berhenti, namun tetap ada beberapa aksi refleks yang masih bisa dilakukan. Dengan kata lain, ular masih punya kemampuan untuk menggigit dan menyuntikkan bisa meski kepalanya telah putus, bahkan setelah ia mati.

Mengapa ia menggigit dirinya sendiri?
Itu yang ada. Itu yang berada di sampingnya. Meski Anda telah memenggal kepalanya, ular masih tetap bisa menggigit dan membuka mulut. Ini alasan mengapa ular kadang-kadang menggigit dirinya sendiri, khususnya saat mereka terlalu gembira atau mereka kurang berhati-hati atas apa yang akan mereka gigit.

Bisakah ular mati karena terkena racun dari bisanya sendiri?
Ini merupakan topik yang sering diperdebatkan. Ada beberapa kasus di mana ular di penangkaran saling menggigit dan menyebabkan kematian ular lain dari spesies yang sama. Tetapi pertanyaannya adalah apakah kematian tersebut disebabkan oleh luka dari mekanisme gigitan - saat taring memasuki tubuh ular lain - atau akibat dari bisa.

Jika saya menemukan ular di halaman, apa yang harus saya lakukan?
Hindari dan jangan berusaha membunuhnya. Umumnya di sinilah saat-saat di mana gigitan ular terjadi. Dari sudut pandang seorang herpetologis, saya tidak ingin ada ular yang dibunuh. Jika orang berusaha menangkap atau membunuh ular tetapi mereka tidak punya pengalaman, mereka justru malah bisa terkena gigitan.
(Jaclyn Skurie)

VIDEO: Keganasan Bisa Ular pada Darah Manusia

Peneliti parfum kobra menemukan ganasnya proses bisa ular pada darah.

VIVAnews - Bisa ular pasti berbahaya. Tapi, kita akan makin yakin ketika melihat ganasnya racun ular saat tercampur dalam darah.

Seorang pengguna YouTube dengan nama akun Fragrancemad memperlihatkan rekaman video kerja bisa ular dalam darah. Video ini telah disaksikan lebih dari 1,8 juta kali di YouTube.

"Saya melakukan beberapa penelitian untuk parfum Cobra oleh Arthes
Jeannes. Saya menemukan video ini tentang bisa ular secara kebetulan. Ini begitu luar biasa. Saya hanya mengunggah ke YouTube," tulis pengguna dalam bagian info video.

"Pada dasarnya, setetes racun diteteskan ke cawan berisi darah. Dalam hitungan detik, gumpalan darah menjadi sebuah bongkahan tebal materi padat," katanya.

"Sebagian besar insiden gigitan ular terjadi di Srilanka, Burma, dan India. Ini merupakan ular yang sangat berbahaya. Anggota besar dari beberapa spesies ular beracun dengan mudah dapat memberikan dosis yang mematikan pada manusia. Korban biasanya akan mengeluh sakit di lokasi gigitan. Mereka mengalami pembengkakan yang dapat terlihat," jelas Dr. Terence M. Davidson, M.D, dari Fakultas Kedokteran, Universitas California, San Diego seperti dikutip dari Huffington Post.

Selain gangguan perdarahan, bisa ular juga menimbulkan gejala seperti kelopak mata bengkak, kesulitan berbicara dan kelemahan pada bagian tubuh. Bahkan, racun ini juga mengakibatkan gagal ginjal akut.

Ancaman racun ular memang terdengar menakutkan. Tapi, bisa ular sangat
berguna bagi manusia. Dalam studi yang dipublikasikan tahun lalu di Journal of Biological Chemistry, para peneliti mencatat penggunaan medis dari material yang mengancam ini.

"Bisa ular berisi sejumlah besar racun yang menargetkan protein dalam trombosit," kata Yonchol Shin selaku profesor spesialis racun ular di Universitas Kogakuin kepada Science Daily.

"Beberapa dari racun itu mencegah trombosit dari pembekuan. Ini dapat menyebabkan perdarahan hebat pada korban gigitan ular. Fungsi lainnya, bisa ular sangat kuat dalam mengaktifkan trombosit yang menyebabkan pembekuan darah. Identifikasi target molekul dari banyak racun ini telah memberikan sumbangsih besar bagi pemahaman kami tentang aktivasi trombosit dan penyakit terkait," sebutnya.
ini link videonya di bawah ini ( silahkan di klik ) :

Serum Anti Bisa Ular (Kuda)

DESKRIPSI
Serum Anti Bisa Ular Polivalen adalah an- tisera murni yang dibuat dari plasma kuda yang memberikan kekebalan terhadap bisa ular yang bersifat neurotoksik (seperti ular dari jenis Naja sputatrix – Ular Kobra, Bungarus fasciatus – Ular Belang) dan yang bersifat hemotoksik (ular Agkistrodon rho- dostoma – Ular Tanah) yang banyak ditemu- kan di Indonesia, serta mengandung fenol sebagai pengawet.
Serum Anti Bisa Ular Polivalen berupa cairan bening kekuningan.
KOMPOSISI
Zat aktif :
Setiap mL mengandung anti bisa ular :
• Agkistrodon rhodostoma ≥ 10 LD50
• Bungarus fasciatus ≥ 25 LD50
• Naja sputatrix ≥ 25 LD50
Zat tambahan:
• Fenol 2,5 mg
INDIKASI
Untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa dari jenis Naja sputatrix, Bungarus fasciatus, Agkistrodon rhodostoma.
CARA KERJA OBAT
Imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasuk- kan zat-zat Anti yang mampu menetralisir bisa ular yang beredar dalam darah pen- derita.
POSOLOGI
  • JumLah dosis yang tepat tergantung tingkat keparahan penderita pada saat akan menerima antisera.
  • Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 mL yang bila ditambahkan ke dalam larutan fisiologis menjadi larutan 2 % v/v dan diberikan sebagai cairan infus dengan kecepatan 40-80 tetes/ menit, diulang 6 jam kemudian.
  • Apabila diperlukan (misalnya dalam keadaan gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) Serum Anti Bisa Ular Polivalen dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai mak- simum 80 – 100 mL.
  • Serum Anti Bisa Ular Polivalen yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan.
  • Dosis Serum Anti Bisa Ular Polivalen untuk anak-anak sama dengan dosis untuk orang dewasa.
  • Lakukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan desensitisasi.
Pemberian secara Intravena :
1. Hasil uji kepekaan harus negatif
2. Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan
3. Penderita harus diamati paling sedikit selama 1 (satu) jam
EFEK SAMPING
Perhatikan Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang terbukti alergi terhadap an- tisera kuda.
PERINGATAN & PERHATIAN
  1. Karena tidak ada reaksi netralisasi silang (cross-neutralization) Serum Anti Bisa Ular Polivalen ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya ular-ular dari jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus, Pseudechis papuanus dan lain-lain) dan terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cystsa).
  2. Dapat diberikan pada pasien dengan riwayat penyakit asma berat jika sudah menunjukkan tanda-tanda keracunan sistemik.
  3. Bukan untuk pemberian lokal pada tempat yang digigit.
  4. Perhatikan Petunjuk Pemakaian Anti- sera (Halaman 57).
PENYIMPANAN
  • Serum anti bisa ular harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
  • JANGAN DIBEKUKAN.
  • Masa daluarsa 2 tahun.
KEMASAN
Dus : 10 Vial @ 5 mL
BIOSAVE
Dus : 1 vial @ 5 mL

GIGITAN ULAR & SABU (Serum Anti Bisa Ular)

17 Dec
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa.
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. Ular berbisa kebanyakan termasuk dalam famili Colubridae, tetapi pada umumnya bisa yang dihasilkannya bersifat lemah. Contoh ular yang termasuk famili ini adalah ular sapi (Zaocys carinatus), ular tali (Dendrelaphis pictus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), dan ular serasah (Sibynophis geminatus).
Ular berbisa kuat yang terdapat di Indonesia biasanya masuk dalam famili Elapidae, Hydropiidae, atau Viperidae. Elapidae memiliki taring pendek dan tegak permanen. Beberapa contoh anggota famili ini adalah ular cabai (Maticora intestinalis), ular weling (Bungarus candidus), ular sendok (Naja sumatrana), dan ular king kobra (Ophiophagus hannah).
Viperidae memiliki taring panjang yang secara normal dapat dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang menyerang mangsanya. Ada dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae dan Crotalinae. Crotalinae memiliki organ untuk mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ), yang terletak di antara lubang hidung dan mata. Beberapa contoh Viperidae adalah ular bandotan (Vipera russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), dan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).
Bagaimanakah Gigitan Ular Dapat Terjadi?
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus.
Bagaimana Mengenali Ular Berbisa?
Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1. Bentuk kepala segiempat panjang
2. Gigi taring kecil
3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Ciri-ciri ular berbisa:
1. Bentuk kepala segitiga
2. Dua gigi taring besar di rahang atas
3. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Sifat Bisa, Gejala, dan Tanda Gigitan Ular
Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan.
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
GEJALA KLINIS :
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
Gigitan Elapidae
(misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits)
1. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
3. Setelah digigit ular
a. 15 menit: muncul gejala sistemik.
b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut.
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
Gigitan Viperidae/Crotalidae
(ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo):
1. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam.
3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
Gigitan Hydropiidae
(misalnya: ular laut):
1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae
(misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo)
1. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
2. Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae.
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular
Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:
1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular
sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis.
Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.
3. Pengobatan gigitan ular Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.
4. Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.
g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.
Cara pemberian SABU :
Penatalaksanaan Sebelum dibawa ke rumah sakit:
1. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan.
Setelah dibawa ke rumah sakit:
Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml berisi:
1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v.
Teknik Pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).
Daftar Pustaka:
Guidelines for the Clinical Management of Snakes bites in the South-East Asia
Region, World Health Organization, 2005.
Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2002.
Snake Venom: The Pain and Potential of Poison, The Cold Blooded News Vol. 28
Sumber :
http://ifan050285.wordpress.com/


TAK PERLU PANIK SAAT DIGIGIT ULAR

Ketika digigit ular kebanyakan orang selalu panik dan dicekam rasa takut. Sebenarnya, tidak perlu demikian, asal mengetahui ciri ular dan cara penanganannya…
Perlu diketahui ular yang berbisa tinggi dan mematikan memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok ular ini, prinsipnya adalah segera mengeluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat  laju racun ke jantung serta  secepat mungkin mendapatkan pertolongan pertama yang tepat dan benar.
Jika tidak tertolong dan salah penanganan akan berakibat cukup fatal yaitu kematian. Jika tertolong, biasanya akan meninggalkan cacat atau bekas pada gigitan. Sebenarnya, jumlah dan jenis ular berbisa tinggi lebih sedikit dibanding kelompok yang lain, kecuali semua jenis ular laut yang berbisa tinggi dan sangat mematikan.
Nah, dari hasil perbincangan TNOL dengan komunitas Sioux, sebaiknya tips ini perlu diketahui untuk membedakan ciri  ular berbisa dan tidak. Dan, seperti apa penanganan awal  yang dapat dilakukan di lokasi kejadian, jika sewaktu-waktu hal ini menimpa Anda.
Kandungan protein yang keluar pada taring ular, merupakan bisa ular.. Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan berbisa rendah. Namun, beberapa ciri berikut masih belum secara tepat menunjukkan tingkatan bisa ular, sehingga perlu pengamatan dan penelitian lebih lanjut.
Ular berbisa rendah
- Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
- Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
- Membunuh mangsanya dengan membelit
- Bentuk kepalanya bulat  telur (oval)
- Tidak memiliki taring bisa
- Gigitannya tidak mematikan
- Setelah menggigit langsung lari
Ular berbisa tinggi
- Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
- Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
- Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
- Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
- Memiliki taring bisa, racun mematikan
- Kanibal
- Setelah menggigit, masih tinggal ditempat
Pengecualian
Berikut ini yang tidak sesuai dengan ketentuan
- berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, keluar siang, malam :
1. Ular King Kobra – Ophiophagus hannah
2. Ular Kobra Naja naja sputratix
- berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
3. Ular weling – Bungarus candidus
4. Ular welang – Bungarus fasciatus
5. Ular picung/pudak seruni
6. Semua jenis ular laut
- tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban
7. Semua jenis ular phyton dan ular boa
8. Ular Pelangi – Xenopeltis unicolor
Penanganan Pertama Gigitan Ular
Gigitan ular pada manusiaOrang menganggap semua ular berbahaya, dan bila bertemu akan berusaha membunuhnya. Sebenarnya tidak seperti  itu.  Terlebih jika tergigit ular, biasanya melakukan penanganan gigitan yang berlebihan. Akibatnya, cukup fatal serta merugikan manusia sendiri.  Demikian pula, jika penanganan efek gigitan ular berbisa tinggi dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak yang fatal bagi korban.
Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain ditentukan oleh kadar bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi dari daya tahan tubuh manusia yang digigit. Semakin baik “pertahanan” alami atau antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh manusia, efek gigitan akan berkurang rasanya. Jika, dibandingkan dengan korban yang memiliki imunitas redah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena capek atau sakit
Prinsipnya, walau pun digigit ular, JANGAN TERGESA MEMBUNUH ular tersebut.
JIKA TERGIGIT ULAR !!!
Satu JANGAN PANIK !
Dua Amankan posisi penolong dan korban. Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu “lagi”, lokasi yang curam, dll. Jika diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular.
Tiga Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastic di atas luka gigitan untuk menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung.
Empat Tenangkan korban, jangan banyak melakukan  aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung
Lima Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING !)
Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.
Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi ! ….dan yang utama…..Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi. Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa
Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis .
“snake everywhere, don’t worry just be prepared !”
Enam Lakukan tindakan pertolongan pertama
Penanganan gigitan ular tidak berbisa
Lepaskan pembalut elastis
Cuci luka dengan air dan sabun atau pembersih luka (Revanol)
Beri obat antiseptik.
Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh…………
Penanganan gigitan ular berbisa menengah
Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna, dan jika kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas – dingin sekitar 2 – 7 hari.
Lepaskan pembalut
Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol)
Beri antiseptik
Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
Usahakan korban beristirahat sebentar
Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
Beri vitamin tambahan
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh…………
Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton
Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek.
Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah pendarahan, lebih baik dalam posisi berbaring
Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan pendarahan terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet.
Istirahatkan dan tenangkan korban
Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan pendarahan agar tidak terbuka lagi.
Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
Beri vitamin tambahan
Ingat ! – ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan banyak darah.
- saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular, tapi mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitan ular.
- tidak perlu membunuh ular jenis ini kecuali
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
o Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
o Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
o Mulut terasa kering
o Pusing, mata berkunang – kunang
o Demam, menggigil
o Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan jika tergigit dengan efek di atas:
Save Our Snake Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
Buat luka baru dengan kedalaman sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.
Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll….
tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus.
Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)
Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.
“snake everywhere, don’t worry just be prepared !”
Perawatan merupakan hal yang penting. Usahakan untuk selalu berkonsultasi agar luka cepat kering.
INGAT !
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti di atas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.



Khasiat bisa ular
Selain mematikan, bisa ular juga berdampak pengobatan. Namun sejauh ini masih dilakukan penelitian, untuk mencari dosis yang tepat dan aman. Bisa ular diujicoba untuk mencegah serangan jantung dan stroke, serta membasmi kanker dan mengobati alergi berat. Semua orang pasti sudah mengenal dampak mematikan patukan ular berbisa. Itulah sebabnya, di banyak negara, ular berbisa dianggap musuh dan diberantas habis. Terutama di negara berkembang atau negara miskin, patukan ular berbisa seringkali berakhir maut, akibat tidak tersedianya serum anti bisa ular. Namun dibalik ancaman mautnya, bisa ular ternyata juga memiliki khasiat sebagai obat. Hal ini sudah diketahui sejak lama oleh para ahli pengobatan. Bukan kebetulan, jika lambang kedokteran adalah piala yang dililit ular. Ironisnya, sejauh ini tidak banyak yang mengenal khasiat bisa ular ini. Berbagai penelitian kedokteran terbaru menunjukan, cukup banyak khasiat bisa ular yang dapat dimanfaatkan bagi pengobatan. Misalnya saja, para peneliti di Inggris dan Australia menemukan, bisa ular dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati penyakit kanker. Akan tetapi, penelitian yang sudah dilaksanakan sejak 25 tahun itu, belum berhasil menetapkan dosis aman dan tepat, bagi pengobatan penyakit menggunakan bisa ular. Standar farmasi yang ketat di negara maju, menghambat pengembangan obat baru tsb.

Bisa ular pencegah stroke
Tim peneliti gabungan dari universitas Oxford, Liverpool dan Birmingham yang mendapat dana dari Yayasan Jantung Inggris, kini sedang melakukan penelitian khasiat bisa ular bagi pencegahan serangan jantung dan stroke. Kedua penyakit ini, di negara maju menjadi pembunuh utama. Di Inggris saja, setiap tahunnya tercatat 270.000 kasus serangan jantung, dan separuhnya berakhir dengan kematian. Sementara jumlah kematian akibat stroke, setiap tahunnya mencapai 60.000 kasus. Tidak mengherankan, jika Yayasan Jantung Inggris membiayai penelitian pengobatan alternatif ini. Sejak lama sudah diketahui, pada dasarnya, bisa ular dapat dibagi menjadi dua tipe racun, yakni yang disebut neurotoxin atau racun pelumpuh
saraf, dan hematoxin atau racun yang melumpuhkan sistem sirkulasi darah. Bisa ular ini merupakan campuran rumit sejumlah enzym. Penelitian lebih jauh, menunjukan terdapat sekitar 20 jenis enzym beracun dalam bisa ular. Setiap jenis ular berbisa, memiliki komposisi racun yang berbeda-beda, berupa campuran antara enam sampai 12 jenis enzym. Masing-masing enzym pada bisa ular itu, memiliki fungsi khas pula. Di garis depan, bisa ular berfungsi sebagai pelumpuh mangsa dan pembantu pencernaannya. Jadi kalau manusia yang bukan mangsa ular, dipatuk ular, itu namanya sial atau ular merasa terganggu wilayah kekuasaannya. Namun akibatnya dapat fatal. Enzym beracun dari bisa ular tidak pandang bulu, dan bekerja sesuai fungsi alamiahnya. Misalnya saja enzym proteinase, memainkan peranan utama pada pencernaan ular, dan berfungsi menguraikan jaringan kulit atau otot dalam tempo amat cepat. Jika manusia dipatuk ular berbisa, yang komponen racunnya mengandung proteinase, akibatnya jaringan kulit dan ototnya rusak dan mati secara cepat. Pengetahuan mengenai sifat enzym bisa ular, dapat membantu para ahli pengobatan, mengembangkan obat dari racun tsb. Misalnya saja, proteinase yang berfungsi menghancurkan jaringan kulit dan otot, dalam dosis tertentu, dapat dimanfaatkan mengobati kanker, yang pada prinsipnya adalah jaringan yang tumbuh secara liar. Hal ini sedang intensif diteliti di Australia. Atau enzym lainnya dalam bisa ular, yakni cholin-esterase yang menyerang sistem saraf dan membuat otot menjadi kendur, sehingga mangsanya tidak mampu lagi menguasai gerak ototnya, dapat digunakan mencegah serangan jantung dan stroke.

Melawan alergi berat
Di Jerman saat ini juga mulai dipraktekan pengobatan alergi atau rematik, menggunakan bisa ular. Dalam dosis yang sangat kecil, setelah diencerkan beberapa ribu kali, bisa ular tertentu digunakan untuk mengobati alergi berat. Dilaporkan hasil yang memuaskan. Penggagasnya adalah Norbert Zimmermann, seorang ahli di pusat
pengobatan alamiah di kota Bottrop. Sejak 25 tahun terakhir, ia terus meneliti khasiat bisa ular bagi pengobatan alergi. Sayangnya metode ini tidak diakui resmi kalangan kedokteran, karena dikembangkan ahli pengobatan alamiah. Akan tetapi, sejumlah pasien melaporkan khasiat pengobatan bisa ular itu. Misalnya saja, Zimmerman menangani kasus seorang wanita penderita alergi berat berusia 41 tahun. Pasien wanita bersangkutan menyatakan telah bosan berobat ke dokter ahli alergi, karena serangan alergi yang dideritanya tidak pernah berkurang. Obat yang mengandung cortison juga tidak membantu. Jika musim semi datang, dan tanaman mulai berbunga mulailah penderitaannya. Muncul gejala alergi berat, berupa mata bengkak, hidung mampet atau terus ngocor, gatal-gatal serta kesulitan bernafas. Jika gejalanya amat berat, berhari-hari si pasien tidak dapat bekerja. Zimmermann memberikan terapi suntikan bisa ular sebanyak 10 sampai 12 kali. Khasiatnya segera terasa. Setelah rangkaian pengobatan berakhir, pasien menyatakan serangan alerginya sudah jauh berkurang, kalau tidak bisa disebutkan hilang sama sekali. Dua tahun setelah terapi, khasiatnya masih terasa. Pasien alergi berat bersangkutan, kini dapat dengan bebas keluar rumah, juga disaat bunga-bungaan bermekaran. Satu-satunya keluhan, adalah mahalnya pengobatan alternatif itu, karena tidak diakui asuransi kesehatan dan harus dibayar dari kantong sendiri.

Pro-kontra terapi bisa ular
Zimmermann mengatakan, logika pengobatannya sama seperti terapi hypo-sensibilisasi yang diterapkan para dokter ahli alergi. Terapi itu, pada dasarnya memberikan unsur alergen dalam dosis kecil secara bertahap, agar tubuh pasien terbiasa. Dokter terus meningkatkan dosisnya, sampai si pasien menciptakan kekebalan. Disebutkan, unsur aktif dalam terapi bisa ular itu, terutama enzym pembantu pencernaan, proteinase. Enzym ini memicu pembentukan antibody di dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan begitu, gejala sakit kepala atau sulit
  bernafas, tidak punya kesempatan untuk berkembang. Tentu saja terdapat pro dan kontra mengenai pengobatan alternatif semacam itu. Dokter Stefan Erdmann, ahli alergi dari rumah sakit universitas kedokteran di Aachen, mengatakan, baginya sulit diterangkan secara logis, kaitan antara hilangnya gejala alergi dengan pemberian bisa ular. Namun pakar alergi lainnya, dokter Hedwig Wening dari kota Mnster menyatakan, mungkin saja ada khasiat bisa ular terhadap alergi. Hanya saja secara medis belum diteliti secara serius. Dulu juga para dokter skeptis menanggapi pengobatan akupunktur, namun kini sudah terbukti keampuhannya secara medis. Terlepas dari pro dan kontra, khasiat bisa ular sebetulnya sudah dikenal dan dimanfaatkan sejak berabad silam. Namun yang belum diketahui adalah, sejauh mana khasiat dan dampak sampingan terapi tsb. Untuk dunia kedokteran, pengobatan dengan bisa ular tsb, harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan ilmiah, serra sebelumnya melalui rangkaian ujicoba farmasi. Kini para peneliti sedang berlomba, melakukan ujicoba berdasarkan metode kedokteran, agar khasiat bisa ular ini diakui sebagai obat standar. Jalan sedang dirintis ke arah itu, dan kelihatannya hewan melata yang dulu dianggap musuh, suatu hari nanti akan dipuji sebagai penyelamat. (muj

      edit